https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8KWjHv5u-awuhlA_pWpPpLnKj-a1t-0D8TleD9tTHZCrIo5nB9iQz9Ee8cZhKhGgvKwp0vRFjQ2hmGaA3bUVotlqcrv0xiw7HeQ_B4nnbWgNtwN9Hl8RrwDR7ip7tuWGTuWcygwZxCdGV/s1600/ignielcom.png106660612706164 https://developers.facebook.com/tools/debug/sharing

Tradisi Demban dan batu ni demban - Siboro Blog

Posted By siboroblog on Minggu, 30 April 2017 | April 30, 2017

Tradisi Demban dan batuni demban - Siboro Blog - Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya masa silam, lebih dari 3000 tahun yang lampau atau di zaman Neolitik, hingga saat ini. Budaya makan sirih hidup di Asia Tenggara.

Di masyarakat Simalungun klasik, demban (sirih) diperuntukkan sebagai Partambaran (obat), Hapuran (kudapan yang dicampur bahan pelengkapnya), serta sebagai sesajen bagi ritual mistis.
Jika gual (musik) berawal dari dunia super natural, maka demban juga berfungsi sama. Hingga seikat sirih sering pula disebut dalam bahasa Simalungun dengan istilah ‘Sagual demban’

Tradisi Demban dan batu ni demban - Siboro Blog

Tradisi Demban dan batu ni demban - Siboro Blog

Di mayarakat Simalungun, kelengkapan Sirih diklasifikasikan dalam beberapa penyajian. Misalnya:
Demban Sayur: Daun sirih yang tidak dilipat, namun diisi gambir, kapur dan pinang.
Demban Gunringan: daun sirih bersusun 5, kemudian disatukan diletakkan dalam daun taruk (Janur Enau) yang sebelumnya berjumlah 5, masing-masing diikat. Untuk iringan Mahar (Partading maupun boli).

Demban Tasakan: Sirih lengkap ditambah tembakau. Diserahkan kepada orang-orang tua, dengan sebelumnya tangkainya dipotong.
Demban Pinarbuhulan/Panurungi: Sirih, kapur, gambir, lada atau menurut saran Datu untuk bahan pengobatan.

Demban Tugah-Tugah: Daun irih sebagai maklumat kepada orangtua gadis yang lari kawin dengan pemuda idamannnya. Daun Sirih diletakkan dalam piring dan ditutup dengan daun pisang tinapak, diiringi dengan duit. Jumlah sirih untuk Bapa adalah empat empat dan Inang adalah berjumlah tiga tiga. Kedua piring berisi duit. Duit tersebut dinamakan Panindih Demban.
Demban Tangan-Tangan: Sirih yang berisi kelengkapannya yang disuguhkan langsung kepada seseorang, tanpa   Panindih Demban.

Demban Borkasani: Disuun sedemikian rupa dan diikat dengan pandan yang dipilih.
Demban Gualan: Disusun sedemikian rupa dibuat seberkas sebanyak 10 lembar dan disatukan dengan berkas lainnya sebanyak 5 dan diikat dengan pandan terpilih.

Dalam tradisi masyarakat Simalungun, mengenal adanya Bilangan tertentu untuk memberikan upah, cendera hati ataupun gaji. Ini berlaku baik untuk imbalan hasil sebuah kerja, ‘uang capek / uang rokok / uang kopi / bonus’, atau dalam tradisi adat lainnya dalam keseharian, dari dulu hingga kini.
Pada jumlah bilangan Batu Ni Apuran, kegenapan dijadikan penyeimbang dari hasil jerih payah. Kondisi ini merupakan simbol penghargaan si pemberi Batu Ni Demban, bahwa si pemberi menghargai peran orang yang diberi Batu Ni Demban karena telah totalitas menggunakan mata, telinga, tangan, kaki dan lainnya, untuk membantu hingga upayanya berbuah kebaikkan.

Namun, pada saat pemberian sejumlah uang tersebut, belum disebut Batu Ni Demban, Batu Ni Apuran, Duit Partadingan atau Batu Ni Namalum, jika pada saat transasi; uang diberi begitu saja. Justru akan dianggap penghinaan si pemberi kepada orang yang diberikan.

Pada saat pemberian uang yang berjumlah genap itu, akan bermakna Batu Ni Apuran jika saat pemberian, uang diselipkan di dalam sirih dengan kelengkapannya. Sirih inilah yang turut dihitung sehingga Batu Ni Demban berjumlah ganjil. Baca Juga : ( Resep dan  Pengertian Dayok Nabinatur - Siboro Blog )

Bilangan adat ini disebut Batu Ni Apuran. Ada pula yang menyebutnya dengan istilah Batu Ni Demban, Duit Partadingan atau Batu Ni Namalum.
Sudah menjadi adat turun temurun, Batu Ni Demban memakai bilangan genap.

Kita contohkan saja, misalnya:

Paruma (Kawula, Rakyat) : 2, 4, 6, 8
Raja/Sipukah Huta: 12, 24, 48, 60, 120

Dewasa ini, tidak mungkin kita memberikan Rp. 2, Rp. 4 atau seterusnya. Karenanya, bilangan genap itu bisa kita bulatkan keatas sesuai kurs mata uang yang berlaku; misalnya: Rp. 2.000, Rp. 20.000.

Demikian artikel, Tradisi Demban dan batu ni demban - Siboro Blog, Apabila artikel ini bermanfaat bagi orang lain mohon untuk di share, Terima Kasih.



Blog, Updated at: April 30, 2017

0 komentar:

Posting Komentar

Label

Bercam (35) Bisnis (9) Budaya (11) Firtu (73) Kesehatan (81) Musik (60) properti (55) telco (10) Tips (36)
Diberdayakan oleh Blogger.
/* script Youtube Responsive */