Nilai-Nilai Luhur dalamAjaran Habonaron Do Bona - Siboro Blog - Salah satu kepercayaan asli yang masih mempunyai
masyarakat pendukung di daerah Sumatera diantaranya adalah kepercayaan Habonaron
Do Dona. Pendukung ajaran Habonaron Do Bona pada umumnya adalah masyarakat
Simalungun yang juga dikenal dengan Halak Timur.
Masyarakat Simalungun merupakan salah satu dari enam subsuku
bangsa Batak yang secara geografis mendiami daerah induk Simalungun. Ajaran
Habonaron Do Bona bersatu padu dengan adat budaya Simalungun atau Adat Timur,
sebagai tata tuntunan laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam
menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai-Nilai Luhur dalam Ajaran Habonaron Do Bona - Siboro Blog
Nilai-nilai luhur dalam kepercayaan Habonaron Do Bona
terkandung dalam ajarannya, seperti ajaran tentang: Ketuhanan, manusia, alam
serta ajaran-ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan,
sesamanya dan alam semesta. Di bawah ini secara singkat ajaran-ajaran dari
kepercayaan Habonaron Do Bona.
Ajaran tentang Tuhan,
Manusia dan Alam
Menurut kepercayaan Habonaron Do Bona, Tuhan Yang Maha Esa
adalah awal dari segala sesuatu yang ada. Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai
Naibata. Naibata adalah satu (sada) dan Maha Kuasa (Namar Kuasa/Namar Huasa).
Karena Naibata adalah awal dari segala sesuatu yang ada, maka dunia beserta
seluruh isinya adalah ciptaan-Nya. Sebagai Sang Pencipta, Naibata juga menjadi
pembimbing, pemelihara dan penyelamat bagi semua makhluk ciptaan-Nya.
Masyarakat pendukung kepercayaan Habonaron Do Bona menghormati leluhur yang
disebut Simagot, Begu Jabu, Tua-Tua atau Bitara Guru. Menurut Habonaron Do
Bona, leluhur adalah penghubung untuk menyampaikan titah Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang-orang tertentu yang berlangsung secara manunggal terhadap keturunan
yang disukainya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kekuasaan Tuhan adalah
tidak ada batasnya dan Tuhan bisa melimpahkan sebagian kekuasaan-Nya kepada
orang-orang suci yang bersih lahir dan batinnya, kepada roh leluhur dan kepada
keramat-keramat. Karena kekuasaan-Nya itu pula, maka banyak sebutan untuk Tuhan
Yang Maha Esa, seperti: Namar Huasa (Tuhan Yang Maha Kuasa), Namam Botoh atau
Ne Pentar (Tuhan Yang Tau), Pernolong (Tuhan Maha Pengasih), Pangarak-arak
(Tuhan Maha Penuntun), Bona Habonaron (Tuhan Sumber Kebenaran) dan masih banyak
sebutan lainnya.
Kemudian ajaran Habonaron Do Bona tentang manusia mengatakan
bahwa manusia adalah diciptakan oleh Tuhan yang terdiri dari laki-laki (dalahi)
dan perempuan (daboru/naboru). Sejak diciptakan, manusia telah dilengkapi
dengan roh. Perkembangan manusia selanjutnya adalah karena di samping kehendak
manusia itu sendiri juga atas sabda Tuhan. Kematian yang dialami oleh manusia
terjadi ketika roh berpisah dengan badan selamanya. Roh kemudian hidup kekal di
suatu alam kehidupan bersama Tuhan Yang Maha Esa. Roh manusia yang masih hidup
disebut sebagai tondi, sedangkan manusia yang sudah mati rohnya disebut
sumagot.
Selanjutnya ajaran Habonaron Do Bona tentang alam mengatakan
bahwa alam adalah ciptaan Tuhan. Alam memiliki kekuatan-kekuatan. Dalam alam
ini penuh dengan kekuatan-kekuatan gaib, yaitu kekuatan yang berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa maupun dari arwah leluhur. Bencana Banjir (halonglongan), gampa
bumi (sohul-sohul), angin ribut (aliogo doras), petir (porhas), kegagalan
panen, wabah penyakit dan bahkan tidak mendapat keturunan pun adalah merupakan
perwujudan dari kekuatan gaib Tuhan dan leluhur, yang diperkenakan kepada alam
dan manusia.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi,
mempunyai tugas dan kewajibannya, baik terhadap Tuhan, sesama maupun terhadap
alam sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Tugas dan Kewajiban
Manusia
Sebagai konsekuensi bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, maka
manusia mempunyai kewajiban dalam hidup di dunia ini baik tugas dan kewajiban
terhadap Tuhan, sesamanya maupun terhadap alam. Demikian ajaran Habonaron Do
Bona.
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa warga Habonaron Do Bona wajib
untuk selalu ingat kepada-Nya dan setiap hari menyembah kepada-Nya. Pada bulan
besar (bittang baggal) wajib melaksanakan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan kepada leluhur. Di samping itu ajaran Habonaron Do Bona juga mewajibkan
untuk menghormati dan menjiarahi makam leluhur (manembah Suamgot dan mengurus
pandawanan na hanlobei).
Upacara menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak
terpisahkan dengan upacara-upacara ritual adat. Warga Habonaron Do Bona
mengenal bermacam-macam upacara seperti :
1. Upacara dauh hidup.
2. Upacara membongkar tulang belulang.
3. Upacara pesta tuan (Robu-robu/Harja
Tuan), yaitu upacara berdoa kepada Tuhan dan kepada leluhur untuk memulai suatu
usaha seperti kegiatan pertanian/bercocok tanam padi, agar memperoleh hasil
yang memuaskan.
4. Upacara memasuki rumah baru.
5. Upacara menghormati roh leluhur
pelindung desa (mambere tambunan/pagar parsakutuan).
6. Upacara menghormati roh suci penjaga
desa.
7. Upacara menghormati keramat pelindung
(mambere simumbah).
Di samping mempunyai tugas dan kewajiban terhadap Tuhan,
manusia juga memiliki tugas dan kewajiban terhadap dirinya sendiri, seperti: jujur
terhadap diri sendiri, harus ahu malu dan harus tahu diri. Baca Juga : ( Beberapa Umpasa Batak Simalungun -Siboro Blog )
Tugas dan kewajiban manusia terhadap sesamanya menurut ajaran
Habonaron Do Bona ada dalam bentuk perintah-perintah dan larangan-larangan.
Apabila perintah dan larangan tersebut dipatuhi dapat menjadikan ketenteraman
dalam masyarakat. Perintah-perintah dan larangan tersebut, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Menghormati
orang tua dan orang lain sesuai dengan tata krama tutur (hamat hubani urang tua
oppa hasoman marihutkon turur).
2. Menghormati
guru (hormat hubani guru/hormat hubani sibere ajar).
3.
Membantu
orang lain (manappati).
4.
Tidak
boleh membunuh sesama manusia, termasuk mengugurkan kandungan.
5.
Tidak
boleh kimpoi semarga (ulang marboto-boto).
6. Tidak
boleh membuat orang lain meneteskan air mata sampai “berwarna kuning” (ulang
iaben manetek iluhni halak magorsing).
7. Tidak
boleh meminta-minta (ulang tedek-tedek).
8.
Tidak
boleh menyusahkan orang lain (ulang manusahi).
9.
Tidak
boleh berbohong (ulang marguak).
10. Tidak boleh memaki orang lain (ulang
manurai).
11. Tidak boleh membungakan uang (ulang
makhilang).
12. Tidak boleh menipu dan mengkhianatai
orang lain (ulang magoto otoi/ulang mangkhianat).
Tugas dan kewajiban manusia terhadap dan menurut ajaran Habonaron
Do Bona ialah bahwa manusia tidak boleh membunuh tumbuhan dan hewan liar secara
sembarangan karena perbuatan ini dapat merusak alam (ulang massedai). Alam
harus dijaga kelestariannya karena alam memberikan manfaat yang sangat besar
bagi kehidupan manusia.
Rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
berhubungan dengan alam, misalnya dalam berbagai upacara yang dilakukan dalam
kegiatan pertanian, dimaksudkan agar alam bersahabat dengan manusia dan
memberikan hasil yang memuaskan.
Upacara-upacara tersebut diantaranya adalah
robu buang boro (mendoakan agar padi jangan diserang hama), membere eme
(mendoakan saat padi sedang bunting), memutik (mendoakan saat padi sudah
menguning), menutup panjang (mendoakan saat padi sudah terkumpul pada suatu
tempat) dan menutup hobon (mendoakan rasa syukur karena seluruh hasil panen
telah terkumpul).
Habonaron Do Bona, yang merupakan nilai-nilai luhur budaya
bangsa. Ajaran Habonaron Do Bona merupakan nilai-nilai yang mampu membentuk
pribadi manusia sehingga menjadi insan yang berbudi luhur.
Demikian artikel, Nilai-NilaiLuhur dalam Ajaran Habonaron Do Bona - Siboro Blog, Apabila artikel
tersebut bermanfaat bagi orang lain, mohon untuk di share, Terima Kasih.
Silakan Kunjungi Artikel S128
BalasHapusAyam Jago
Sabung Ayam Bali
Dan dapat Hubungi Kontak Whatsapp Kami +62-8122-222-995