https://4.bp.blogspot.com/-ie52Oh_wT-s/WHHi75UACjI/AAAAAAAAEYE/PnOATooq-Y4v_HVhR_AakM0G2d699uWIwCLcB/s1600/ignielcom.png106660612706164 https://developers.facebook.com/tools/debug/sharing

Sekilas Cerita Sejarah Datu Parulas Parultop (DPP) - Siboro Blog

Posted By siboroblog on Senin, 08 Mei 2017 | Mei 08, 2017

Sekilas Cerita Sejarah Datu Parulas Parultop (DPP) - Siboro Blog - Pada zaman dahulu kala atau sekitar 450 tahun yang lalu ada seorang dukun terkenal di wilayah Humbang Hasundutan sekarang , namanya DATU PARULAS PARULTOP( DPP).  Dia anak laki-laki dari SOMALATE atau Cucunya Guru SOTANGGUAN anak si nomor dua dari si PURBA SIGULANGBATU. Purba Sigulangbatu adalah anak ketiga dari Toga PURBA (Purba, Manalu , Debataraja dan Rambe) , jadi si Purba itu adalah anak sulung dari Toga Simamora.

Sekilas Cerita Sejarah Datu Parulas Parultop (DPP) - Siboro Blog

 Sekilas Cerita Sejarah Datu Parulas Parultop (DPP) - Siboro Blog

Sudah menjadi kebiasaan pada zaman dahulu kala seorang dukun baru diakui kehebatannya kalau dia mampu menjelajahi dan menaklukkan kampung-kampung lain untuk tanding kedukunan seraya menunjukkan kemampuannya menaklukkan hutan yang banyak dihuni binatang buas. Jadi tidak jago kandang. Apalagi konon si Datu Parulas mendapat kekuatan juga dari saudara kembarnya sebuah Ultop atau semacam senjata menembak. Dengan itu namanya menjadi DPP. Maka DPP pun pergilah dari kampungnya menuju wilayah Dairi. Dengan menerobos belantara hutan. Tentu tidak mustahil bertemu dengan binatang2 buas seperti Harimau,Ular yang berkuasa di hutan perawan Tele atau kawasan Dolok Ulu Darat. Namun bagi DPP tidak menjadi masalah karena bekal ilmu yang dimilikinya dan senjata ultop itu dia yakini cukup ampuh menghadapinya. Tahan ditikam tahan dipukul dan mampu menaklukkan binatang buas sudah menjadi kelebihannya. Setelah berminggu-minggu lamanya di perjalanan, DPP tibalah di suatu Desa Lehu/ Tuntungbatu Dairi. Disana DPP kawin dengan wanita lokal dan melahirkan marga Siboro yang selanjutnya dikenal dengan Siboro Tuntungbatu. Konon Siboro dari Tuntungbatu itulah yang merantau ke Aceh Selatan selanjutnya merobah ejaan marga menjadi Cibro (Intonasi bahasa Pakpak atau Aceh ?). Disana dia berkenelan dengan seorang jagoan namanya si Girsang . Maklumlah sesama jagoan tentu saling menyegani lalu marpadan (Berkomitmen) menjadi bersaudara. Setelah anaknya bisa mandiri lalu keluarganya dititip kan disana, dia sambil mengajak si Girsang meneruskan penjelajahannya ke daerah Simalungun. Sesampai di Simalungun dia kawin dengan wanita sana sehingga melahirkan salah satu anak laki2nya yaitu Purba Siboro yang selanjutnya bermukim di Haranggaol. Keturunannya menjadi Tuan atau salah satu Raja/ sohe diantara saudara2 nya Purba lain antara lain Purba Dasuha, Purba Tambak, Tondang dan lain2. Keturunannya menjadi Tuan Siboro dan bermukim disana disuatu desa yakni desa SIBORO GAUNG-GAUNG di Haranggaol. Selanjutnya dia berencana pergi lagi menuju suatu desa yang menurut cerita yang dia dengar bahwa disanalah desa leluhurnya si Raja Batak yaitu di kawasan SIANJUR MULA-MULA di negeri SAGALA. Caranya kesana harus melalui Danau Toba persisnya Tao Silalahi( ketika itu nama itu belum ada) . DPP harus melewati Tao Silalahi dengan ombaknya yang terkenal besar yang harus dilalui dengan perahu kayu/papan yang digerakkan dengan pengayuh kayu namanya HOLE ( Mesin belum dikenal pada masa itu). Karena bakal bahaya nya perjalanan, lalu dia berpesan kepada abangnya si Purba Dasuha.

“Suha“ ! Katanya memanggil abangnya itu. Saya mau ke kampung moyang kita di kaki Gunung Pusuk Buhit nun jauh disana, bolehkah kau membantu saya” ?
Suha menjawab “Boleh tetapi bagaimana caranya ?
Begini kata DPP “Kalau daun yang tumbuh di pekarangan kita ini layu, datanglah kau ke Desa sana yang dikaki Gunung itu lalu bawalah ramuan ini (Tambar) serta dedaunan ini lalu oleskan lah ke badanku, seraya cambukkan ke badanku.
Lalu katakanlah “Tambar simarubungubung tambar simarabangabang, siparata naung busuk sipangolu naung mate”.

“ Lalu siramkan/ pispihon( Racikkan) ke badan ku “kata DPP mengajari abangnya.
Demikianlan seterusnya DPP pun bertolak dengan sampan itu menuju tujuan dimaksud. Selang beberapa hari sampailah si DPP di negeri SAGALA persisnya di pantai Tulas sekarang. Disitu ada muara sungai Tulas .Dia telusuri jalan sepanjang sungai sampai dia melihat ada perkampungan Negeri SAGALA disana. Tetapi DPP heran sepertinya tidak ada tanda2 kehidupan di negeri leluhur si Raja Batak itu. Yang dia tahu marga penghuninya adalah salah satu anak Guru Tatea Bulan , namanya SAGALA RAJA. Dia mendekat ke rumah bolon yang ada di desa itu. Sontak penghuni rumah itu bergembira mendengar ada orang berani di luar rumah.
“Horas Tulang kata DPP” ? Kata DPP menyapa.
“ Siapa namamu amang, aha margamu, sian dia hutam “ kata keluarga Sagala Raja yang dirundung ketakutan itu.

“Saya DATU PARULAS PARULTOP anak ni Si Purba Sigulangbatu. Kenapa kalian tidak berani
keluar rumah Tulang “kata DPP.
“Sudah satu minggu kami tidak berani keluar rumah amang karena ada babi hutan liar dan
ganas. Suka mengejarngejar kami. Sahutnya.

“ Ahhhhhhhh…… itu gampang Tulang. Bisa kulawan itu. Tapi begini Tulang, kalau bisa kumatikan binatang itu dengan ultop ku ini, apa balas jasaku Tulang “ katanya dengan sopan.
Si Sagala Raja dengan disaksikan para keluarga di kampung itu menjawab “ Ada tujuh anakku perempuan, pilih lah satu menjadi istrimu.
“ Baiklah Tulang, tetapi dari mana kami makan, apa pencaharian kami Tulang “katanya.
“Ambil tanah negeri ini sejauh jangkauan tembakan peluru ultopmu itu” katanya.
“ Mauliate Tulang “ katanya.

Sebelum ke pertarungan itu lalu DPP pun memberi amanah kepada Tulangnya;
“ Begini Tulang, kalau saya mati atau luka biarkanlah, jangan dijamah atau dikuburkan
sampai menunggu abangku datang” kata DPP.
Setelah sepakat maka keluarga Sagala Raja sudah dapat tidur dengan nyenyak karena DPP sudah berlaku seperti SATPAM di halaman kampung itu. Suatu malam yang sepi Babi Hutan ganas yang di nanti-nanti itu pun muncul dari kejauhan. Matanya dengan mata DPP saling beradu, sama-sama tajam. Si Babi hutan lalu menyerbu DPP,  DPP menembak nya tapi tidak mempan lalu terjadi pergumulan di malam yang gelap itu. DPP dengan perkasa berhasil mengekang rahang babi itu tetapi si DPP pun terhempas berkali-kali. Terjadi pertarungan berdarah di tempat yang gelap gulita. Keluarga Sagala Rajapun terbangun seraya dengan cemas mengintip pergumulan seru itu di malam sepi itu. Lalu hening, kayaknya keduanya tidak bernyawa lagi. Mereka membawa suluh dan lampu teplok melihat kejadian sebenarnya. Si DPP sudah tergeletak tetapi babi hutan itu juga sudah mati karena rahangnya telah sobek. Lalu seperti janji semula, bangkai si DPP mereka biarkan lalu Babinya mereka kuburkan.

Di Haranggaol, di kampung abangnya si Dasuha pada malam kejadian para anjing pada menggonggong . Auanggggggg …….auanggggggg….! gonggongnya sampai mengganggu tidur si Dasuha. Dasuha keluar rumah pada malam yang gelap gulita itu. Dia lihat daun tanaman/ Bunga-bunga di pekarangannya sudah layu. 

Dia teringat akan pesan adeknya si DPP.” Wah……. si DPP sudah celaka” pikirnya. Pagi harinya dia bergegas menuju solunya lalu bergerak menuju Kampung di kaki Gunung Pusuk Buhit. Dia mendarat di Tulas yang ketika itu tanpa penghuni. Dia telusuri binanga (Sungai Tulas) maka tibalah dia di Desa Huta Bagas Negeri Sagala. Diperkenalkan dirinya si Dasuha abanganda si DPP. Tidak berlama-lama ngobrol dengan Raja Huta itu lantas tambar yang dia bawa dioleskan seraya mengucapkan mantera “ Tambar simarubungubung tambar simarabangabang siparata naung busuk sipangolu naung mate, mangolu…..mangolu” katanya. Si DPP lalu siuman dan menjadi sehat walafiat. Si DPP dan si Dasuha lalu dipestakan di kampung itu seraya akan memenuhi janjinya atas lahan dan anak perempuannya yang akan diperistri DPP. Sambil acara ogung sabangunan lantas si DPP lalu disuruh memilih satu dari antara tujuh putri nan jelita itu. Menurut cerita itu si DPP bingung memilih dari aspek kecantikan. Lalu DPP menyuruh ketujuh gadis itu melewati suatu sungai di desa itu. Si putri sulung duluan menyeberangi sungai itu. Si putri sulung sampai dengan putri ke enam pada setiap menyeberangi sungai selalu mengangkat rok nya sampai diatas lutut agar roknya tidak sampai basah. Tetapi si putri bungsu pada giliran berikutnya( terakhir) sama sekali tidak mengangkat roknya.” Ketimbang pahaku kelihatan lebih baik ujung rokku basah” pikirnya. Si DPP pun sontak bergembira. Selesai si Bungsu menyeberangi DPP memperhatikan dengan seksama. Selain lebih sopan, yang paling cantik lagi” pikir Si DPP. Tanpa pikir panjang si DPP lantas memilih si Bungsu menjadi Istrinya. Kemudian berlanjut ke janji lain yakni lahan yang akan menjadi miliknya. Si DPP disuruh menembakkan ultopnya. Setelah si DPP menembakkannya lalu mereka carilah sampai dimana peluru ultopnya itu. Ternyata cukup jauh maka hampir seperempat dari luas lahan negeri Sagala menjadi milik par boruonna si DPP itu. Sedangkan si Dasuha mengingat jasanya, dia diberi atau mendapat status hak wulayat di desa Siboro (DPP) dan dinobatkan sebagai anak sulung di kalangan turunan DPP. Menurut silsilahnya dari br Sagala, DPP mendapat tiga anak laki-laki dan beberapa perempuan. Anak laki-laki adalah (1) Siboro Sibangundongoron, (2) Siboro Ompu Ni Arga dohot (3) Siboro Pangaribuan. Alai dietong mai jadi opat ala si Dasuha dinobatkan sebagai hahani uhum. Si Dasuha menjadi disebut Siboro Suha. 

Di Negeri Sagala saat ini ada empat bius, tiga bius dari marga Sagala, satu bius adalah marga Siboro. Wakilnya Siboro di bius itu dihunjuk SIBORO SUHA . Walau SUHA adalah hahani uhumtetapi dia disepakati sebagai mengwakili bius Siboro. Anak perempuan dari DPP konon ada yang menjadi istri dari keturunan berikutnya hula2nya Sagala Raja sehingga saat ini Sagala dan Siboro saling marhula-hula saling marboru diantara mereka. Perlu diketahui bahwa dikemudian hari turunan anak DPP itu menyebar di Samosir, Sibangundongoron banyak bermukim di Sihorbohorbo Urat, di Ronggur ni huta dan di Negeri Gultom ,Galungan dsb sementara Op Niarga menyebar ke Bonandolok, Rianiate ,Sidikalang dsb. Turunan Siboro Pangaribuan sangat sedikit dan tinggal di Desa Siboro.

Baiklah kita lanjutkan cerita si DPP. Setelah anaknya besar dan berumah tangga di desa Siboro Negeri Sagala, selanjutnya si DPP mengembara ke Pulau Samosir.Dia kepingin menjumpai Tulangnya keturunan si Raja Lontung (Ingat bahwa simamora adalah boru dari si Raja Lontung si sia marina pasia boruna Sihombing Simamora). Hatinya berlabuh di huta Nainggolan ( Ujung selatan) Pulau Samosir. Konon disana dia terlibat cinta gelap dengan salah seorang putri Raja Nainggolan baru tulangnya ( Maaf bahwa tentang ini ada cerita versi lain dari Lumbanraja, tetapi apa salahnya saya ceritakan cerita versi kami di desa Siboro yang diceritakan turun temurun). Entah kenapa Raja Nainggolan tidak berkenan putrinya itu dikawini si DPP. Tetapi apa lacur, mereka sudah terlanjur dan si putripun sudah mengandung tanpa dikehendaki. Si DPP pun diusir dari sana. Walau dia seorang dukun besar tetapi rasa hormatnya ke Tulangnya Nainggolan tetap dianutnya sehingga dia menghindar dan menyeberang ke Bakkara lalu pulang kampung ke Humbang. Anak yang di kandung boru Nainggolanpun kemudian lahir sepeninggal Bapanya si DPP. Anak itu di paraja Nainggolan sehingga disebutlah dia Si Lumban Raja. Lama kelamaan ditabalkan menjadi Nainggolan Lumban Raja. Baca Juga : ( Garis Silsilah Keturunan Dari Tuppuan Purba  Siboro  Saopung Jadebotabek - Siboro Blog  )

Si DPP dari pulang kampung ke Humbang lalu mengembara juga ke arah Pakkat/Parlilitan. Suatu ketika dia melamar seorang gadis dari Raja Huta Simbolon. Dia perkenalkan bahwa dia bernama DPP . Merantau kesini dari Nainggolan. ” Disana juga saya sudah kawin” katanya tanpa sungkan karena pada zaman itu poligami adalah sesuatu yang biasa. Pendek cerita si DPP pun kawin lagi disana dengan boru Simbolon dan lahir lah beberapa keturunan disana seperti Pusuk, Buaton ,Mahulae dsb. Setelah itu dia meninggalkan tempat itu lalu mengulangi lagi perjalannya ke Tuntung Batu, ke Sagala dan ke Haranggaol sampai dia berada pada pusaran kekuasaan Raja2 di Simalungun. Di Simalungun, kisahnya tidak terekam lagi selama pengembaraannya yang berulang itu, kecuali pada akhirnya dia diyakini dikuburkan di Lokasi Kramat Pardagangan Simalungun.

Demikian artikel, Sekilas Cerita Sejarah Datu Parulas Parultop (DPP) - Siboro Blog, Apabila menurut Anda artikel ini bermanfaat bagi orang lain, Mohon untuk di share. Terima Kasih
Blog, Updated at: Mei 08, 2017

4 komentar:

  1. Terimakasih atas penuturannya...mudah-mudahan menjadi pencerahaan...Bobby Purba Sigulangbatu...

    BalasHapus
  2. Trims masukannya
    Pertanyaan saya jd yg membawa kan marga Siboro itu DPP atau kembarannya atau kedua nya?
    Tolong klo bisa dibuat rangkuman silsilah anak dr kedua opung kita tersebut seperti bentuk tarombo
    Bagaiman cara kita membedakan opung yg kembar ini krn kadang bungung yg mana DPP yg mana Datu Parulas atau Datu Parultop krn keduanya menggunakan ultop sebagai senjata..trus saudara kita yg di parlilitan baru ini saya dengar..dmana kira2 letak kampungnya dan apakah mereka masih ada dsana..trims

    BalasHapus
  3. Pada Mulanya..
    Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, keturunan Adam berserak dan salah satunya merantau ke Sumatera, dialah SI RAJA BATAK, nenek moyang suku Batak.
    Konon SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra:
    1. GURU TATEA BULAN.
    2. RAJA ISOMBAON.

    Semua keturunan SI RAJA BATAK dapat dibagi atas 2 golongan besar
    a. Golongan TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan.
    b. Golongan ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga
    Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera SI SINGAMANGARAJA), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan SI RAJA BATAK.


    GURU TATEA BULAN memiliki 5 orang putra yaitu SI RAJA BIAK-BIAK (pergi ke daerah Aceh), TUAN SARIBURAJA, LIMBONG MULANA, SAGALA RAJA dan MALAU RAJA.
    SARIBURAJA putra kedua dari GURU TATEA BULAN. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama SI BORU PAREME dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis).
    Mula-mula SARIBURAJA kawin dengan NAI MARGIRING LAUT, yang melahirkan putra bernama RAJA IBORBORON (BORBOR). Tetapi kemudian SI BORU PAREME menggoda abangnya SARIBURAJA, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest. Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, maka ketiga saudaranya sepakat untuk membunuh SARIBURAJA. Akibatnya SARIBURAJA mengembara ke hutan meninggalkan SI BORU PAREME yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika SI BORU PAREME hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, Tetapi di hutan tersebut SARIBURAJA kebetulan bertemu dengan dia.
    SI BORU PAREME kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama SI RAJA LONTUNG.
    Karena selalu dikejar-kejar oleh saudara-saudaranya, SARIBURAJA akhirnya berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus.

    SI RAJA LONTUNG ini mempunyai 7 orang putra
    1. Situmorang
    2. Toga Sinaga
    3. Ampar Hutala
    4. NAINGGOLAN
    5. Simatupang
    6. Aritonang
    7. Siregar
    Apakah nama-nama diatas terdengar familiar? ya karena nama-nama diatas juga digunakan sebagai marga oleh keturunannya.
    ---------------------------------------------------
    Di Generasi ke 6 dari pohon Radja Batak , NAINGGOLAN mempunyai dua keturunan:
    1. Sibatu
    2. Sihombar

    Sibatu dengan keturunan:
    Sibatuara, Parhusip, Siahaan, Ampapaga

    Sihombar dengan keturunan:
    Lumban Nahor, SIRADJATUNGKUP, Lumbansiantar
    ----------------------------------------------------
    Lalu dimanakah posisi Lumbanraja ???
    ----------------------------------------------------
    Lumbanraja rupa-rupanya adalah keturunan SIRADJATUNGKUP, SIRADJATUNGKUP memiliki cicit yang bernama MOGOT PINAUNGAN, nah... MOGOT PINAUNGAN ini mempunyai 2 anak yaitu TANDJABAU dan DATUPARULAS
    ----------------------------------------------------
    DATUPARULAS inilah yang menjadi marga Lumbanraja, atau dalam kata lain keturunan DATU PARULAS lah yang mulai menggunakan marga Lumbanraja. Adapun Lumbanraja adalah panggilan kecil bagi DATU PARULAS yang konon adalah anak bungsu dan selalu dimanjakan orangtuanya sehingga disebut Lumbanraja.

    BalasHapus
  4. Pada Mulanya..
    Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, keturunan Adam berserak dan salah satunya merantau ke Sumatera, dialah SI RAJA BATAK, nenek moyang suku Batak.
    Konon SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra:
    1. GURU TATEA BULAN.
    2. RAJA ISOMBAON.

    Semua keturunan SI RAJA BATAK dapat dibagi atas 2 golongan besar
    a. Golongan TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan.
    b. Golongan ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga
    Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera SI SINGAMANGARAJA), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan SI RAJA BATAK.


    GURU TATEA BULAN memiliki 5 orang putra yaitu SI RAJA BIAK-BIAK (pergi ke daerah Aceh), TUAN SARIBURAJA, LIMBONG MULANA, SAGALA RAJA dan MALAU RAJA.
    SARIBURAJA putra kedua dari GURU TATEA BULAN. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama SI BORU PAREME dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis).
    Mula-mula SARIBURAJA kawin dengan NAI MARGIRING LAUT, yang melahirkan putra bernama RAJA IBORBORON (BORBOR). Tetapi kemudian SI BORU PAREME menggoda abangnya SARIBURAJA, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest. Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, maka ketiga saudaranya sepakat untuk membunuh SARIBURAJA. Akibatnya SARIBURAJA mengembara ke hutan meninggalkan SI BORU PAREME yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika SI BORU PAREME hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, Tetapi di hutan tersebut SARIBURAJA kebetulan bertemu dengan dia.
    SI BORU PAREME kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama SI RAJA LONTUNG.
    Karena selalu dikejar-kejar oleh saudara-saudaranya, SARIBURAJA akhirnya berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus.

    SI RAJA LONTUNG ini mempunyai 7 orang putra
    1. Situmorang
    2. Toga Sinaga
    3. Ampar Hutala
    4. NAINGGOLAN
    5. Simatupang
    6. Aritonang
    7. Siregar
    Apakah nama-nama diatas terdengar familiar? ya karena nama-nama diatas juga digunakan sebagai marga oleh keturunannya.
    ---------------------------------------------------
    Di Generasi ke 6 dari pohon Radja Batak , NAINGGOLAN mempunyai dua keturunan:
    1. Sibatu
    2. Sihombar

    Sibatu dengan keturunan:
    Sibatuara, Parhusip, Siahaan, Ampapaga

    Sihombar dengan keturunan:
    Lumban Nahor, SIRADJATUNGKUP, Lumbansiantar
    ----------------------------------------------------
    Lalu dimanakah posisi Lumbanraja ???
    ----------------------------------------------------
    Lumbanraja rupa-rupanya adalah keturunan SIRADJATUNGKUP, SIRADJATUNGKUP memiliki cicit yang bernama MOGOT PINAUNGAN, nah... MOGOT PINAUNGAN ini mempunyai 2 anak yaitu TANDJABAU dan DATUPARULAS
    ----------------------------------------------------
    DATUPARULAS inilah yang menjadi marga Lumbanraja, atau dalam kata lain keturunan DATU PARULAS lah yang mulai menggunakan marga Lumbanraja. Adapun Lumbanraja adalah panggilan kecil bagi DATU PARULAS yang konon adalah anak bungsu dan selalu dimanjakan orangtuanya sehingga disebut Lumbanraja.

    BalasHapus

Label

Bercam (35) Bisnis (9) Budaya (11) Firtu (73) Kesehatan (81) Musik (60) properti (55) telco (10) Tips (36)
Diberdayakan oleh Blogger.
/* script Youtube Responsive */